Makan tak enak, tidur pun tak
nyenyak. Mungkin itulah yang dirasakan sejumlah orang yang sedang menderita
galau luar biasa, mulai hari ini sampai besok. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung: sekitar 200
ribu orang. Mereka adalah para calon legislatif. Kandidat penghuni gedung megah
di Senayan untuk lima tahun ke depan. Apabila kursi dewan yang tersedia
berjumlah 19.699, berarti sekitar 90% dari keseluruhan calon harus siap
mengalami stress dan depresi. Sebuah jumlah yang fantastis.
Stop sampai di situ. Saya tidak
ingin berbicara mengenai pemilu sebenarnya. Lha
wong saya jelas-jelas bakal tidak nyoblos
koq. Ada cerita yang mungkin lebih inspiratif, menurut saya. Minggu ini seorang
bule datang ke kampus UGM dengan gaya
yang bersahaja. Terlampau sederhana jika menilik nama besarnya yang nyaris
melegenda. Yup! Nama pria itu William
Henry Gates III alias Bill Gates. Siapa tak kenal dengan pendiri Mirosoft yang juga dinobatkan sebagai
orang terkaya sejagad tahun ini? Konglomerat ini memang dikenal memiliki
kegemaran yang cukup unik: beramal di bidang kemanusiaan. Sejauh ini total
lebih dari 26 milyar Dollar AS telah disumbangkannya ke berbagai program di
seluruh dunia melalui Bill and Melinda
Gates Foundation. Ranah kesehatan akhir-akhir ini menjadi perhatiannya. Tak
heran kedatangannya ke UGM untuk mengetahui perkembangan penelitian mengenai
demam berdarah di Indonesia.
Yogya memang bukan tujuan utama. Setelahnya,
Gates langsung terbang ke ibukota untuk agenda utama yaitu peresmian The Indonesia Health Fund. Program itu ditujukan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan di Indonesia. Bill Gates,
kabarnya, menggelontorkan dana sebesar 450 milyar Rupiah untuk mengatasi
penyakit malaria, TBC, AIDS, demam berdarah, dan keluarga berencana. Sejumlah
pengusaha Indonesia ‘yang murah hati’ juga turut mendukung program tersebut. Catat
nama-nama berikut ini! Hendro Gondokusumo (Presiden Direktur dan CEO Intiland), Adrian Bramantyo
Musyanif (Chief Executive Officer Samali Hotels and Resorts), Luntungan Honoris
(Presiden Komisioner of Modern Land), Ted Sioeng (Sioeng Group), Edward S.
Soeryadjaya (The Principal of Ortus Holdings Limited), Henry J. Gunawan (Presiden
Direktur Gala Bumi Perkasa), Benny Tjokrosaputro (Founder of PT Hanson
International Tbk), dan Anne Patricia Sutanto (Presiden Direktur of PT Panca
Prima Eka Brothers).
Kadang-kadang saya, secara usil,
berandai-andai: jika semua konglomerat Indonesia mengambil “rute” seperti
Gates, alangkah terbantunya negara. Gates sudah mencurahkan dana sedemikian besar
untuk program pemberantasan wabah penyakit-penyakit
tropis. Alhamdulillah, dana besar itu
mampir ke Indonesia. Bill Gates, yang agnostik itu, seperti mengajari kita. Kehidupan
di dunia bukan hanya masalah uang dan kekuasaan semata. Dalam gelimang harta
seseorang, tersimpan amanah untuk berbagi dengan sesama. Saya sangat berharap,
sepak terjang Gates dapat menular pada para jutawan lokal yang jumlahnya tidak
sedikit. Semoga konglomerat lokal tidak lagi hanya berakal dangkal. Mengejar
kejayaan politik, istana, mobil mewah, ataupun istri simpanan nan mengkal .....
Ket: Bill Gates muda bergaya di tahun 1983 (from theguardian.co.uk) |
Fakta menarik:
- Meski berotak cerdas, Bill Gates tidak pernah menamatkan kuliahnya di Harvard University Jurusan Hukum
- Gates muda pernah ditahan di kepolisian New Mexico pada tahun 1977 karena melanggar lampu merah dan tidak memiliki SIM
Sumber pendukung:
liputan6.com
slidefact.com
wikipedia.org
kompasiana.com