Lupakan sumpah pocong ala Farhat
Abbas. Sumpah palapa jelas lebih terhormat dalam sejarah nasional. Sebuah masterpiece sejarah. Buktinya, palapa melekat
menjadi nama satelit. Bukan pocong khan
..?! Sumpah legendaris itu diucapkan
oleh Gajah Mada, salah satu tokoh penting yang juga misterius. Kala itu
Indonesia belum berwujud, yang ada adalah Kerajaan Majapahit yang perkasa.
Penguasa hampir seluas wilayah Indonesia sekarang: dari daratan Sumatera sampai
pesisir barat Papua. Lewat sumpah itu, Gajah Mada menunjukkan keteguhan hati
untuk menyatukan kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di nusantara. Plus mungkin sedikit jiwa penindasan.
Gajah Mada bukanlah golongan
ningrat. Sosoknya mencuat kala menyelamatkan Prabu Jayanegara dalam
pemberontakan Kuti yang ganas. Jayanegara adalah raja kedua Majapahit alias
anak Raden Wijaya (Sanggramawijaya). Berawal
sebagai prajurit bhayangkara, karir Gajah Mada makin moncer di era Tribhuwana Tunggadewi, raja ketiga Majapahit. Hobinya
menginvasi daerah lain mencapai puncaknya dalam periode ini. Periode emas
Majapahit dicapai pada era Prabu Hayam Wuruk, anak Tribhuwana Tunggadewi.
Perhatikan usia Hayam Wuruk saat menjadi raja: 17 tahun alias ABG..!! Jadi bisa
dibilang Gajah Mada merupakan raja sesungguhnya. Tidak hanya di militer,
kebijakannya juga sampai pada penegakan hukum, keagamaan, dan ekonomi, layaknya
seperti perdana menteri. Peranannya tidak tergantikan. Saat Gajah Madah mangkat
di tahun 1290, Majapahit pun kolaps.
Adalah Kerajaan Sunda Galuh yang
membawa malapetaka bagi Gajah Mada. Kerajaan kebanggaan orang Sunda ini mungkin
tidak selevel dengan keagungan Majapahit. Tapi siapa sangka, Gajah Mada kehilangan
jabatan prestisiusnya sebagai Mahapatih akibat kecerobohannya terhadap Sunda
Galuh. Ringkas cerita Prabu Hayam Wuruk sedang terkiwir-kiwir dengan putri raja Sunda Galuh nan jelita, Citroresmi
Dyah Pitaloka namanya. Setelah lamaran diterima, rombongan pengantin dari Sunda
berkunjung ke Majapahit, sekitar wilayah Mojokerto. Eh tanpa dinyana, Gajah
Mada melakukan manuver sendiri di lokasi bernama lapangan bubat. Gajah Mada
meminta Sunda Galuh menjadi bagian Majapahit setelah pernikahan Hayam
Wuruk-Dyah Pitaloka. Sunda Galuh menolak dan terjadilah perang bubat yang
menewaskan semua orang Sunda Galuh, termasuk calon mempelai wanita. Hayam Wuruk
pun murka. Gajah Mada dipecat dan terpaksa mengasingkan diri di Madakaripura,
Probolinggo. Memang Gajah Mada sempat kembali memangku jabatan lagi, tapi
tuahnya tidak lagi sama.
Sejujurnya banyak sisi gelap dari
sosok Gajah Mada. Asal usulnya tidak berbekas: entah asli Jawa, Madura, Bali atau
blasteran. Lahirnya entah dimana, makamnya entah kemana. Konon punya olah kanuragan luar biasa, termasuk kemampuan
menghilang dan menguasai angin leysus. Kemampuan
manajerialnya luar biasa. Sangat ambisius akan kekuasaan dengan pola pikir ekstrim:
mendapatkan kesenangan tiada tara saat menguasai daerah lain di nusantara. Sampai-sampai
sang Mahapatih menolak segala kesenangan duniawi sebelum cita-citanya terpenuhi.
Dan benarlah adanya. Gajah Mada tidak beristeri dan, tentunya, tidak
berketurunan. Baginya, perempuan dan keluarga dapat mengganggu cita-cita
agungnya, menjadikan Majapahit penguasa tunggal nusantara. Malah teori yang
lebih gelap menyebut Gajah Mada sebagai otak pembunuhan Jayanegara, raja kedua
Majapahit. Wallahu a’lam.
Ket: Gajah Mada sedang berpose gagah di tempat wisata air terjun Madakaripura (from: nugraharendra.blogspot.com) |
Fakta menarik:
- Tidak ada nama jalan Gajah Mada atau Majapahit di kota Bandung, Cianjur atau Garut . Hmm ... sepertinya luka orang Sunda belum kering benar ya.
- Wajah tembem Gajah Mada sebenarnya adalah bentuk celengan yang ditemukan di dekat Gunung Lawu.
Sumber pendukung:
Buku “Tafsir Sejarah Negarakertagama” (oleh Slamet Muljono)
kompasiana.com
kompas.com
Buku “Tafsir Sejarah Negarakertagama” (oleh Slamet Muljono)
kompasiana.com
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar