Kamis, 03 April 2014

Topik Hangat : Gajah Mada dalam Tanda Tanya


Lupakan sumpah pocong ala Farhat Abbas. Sumpah palapa jelas lebih terhormat dalam sejarah nasional. Sebuah masterpiece sejarah. Buktinya, palapa melekat menjadi nama satelit. Bukan pocong khan ..?!  Sumpah legendaris itu diucapkan oleh Gajah Mada, salah satu tokoh penting yang juga misterius. Kala itu Indonesia belum berwujud, yang ada adalah Kerajaan Majapahit yang perkasa. Penguasa hampir seluas wilayah Indonesia sekarang: dari daratan Sumatera sampai pesisir barat Papua. Lewat sumpah itu, Gajah Mada menunjukkan keteguhan hati untuk menyatukan kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di nusantara. Plus mungkin sedikit jiwa penindasan.

Gajah Mada bukanlah golongan ningrat. Sosoknya mencuat kala menyelamatkan Prabu Jayanegara dalam pemberontakan Kuti yang ganas. Jayanegara adalah raja kedua Majapahit alias anak Raden Wijaya (Sanggramawijaya).  Berawal sebagai prajurit bhayangkara, karir Gajah Mada makin moncer di era Tribhuwana Tunggadewi, raja ketiga Majapahit. Hobinya menginvasi daerah lain mencapai puncaknya dalam periode ini. Periode emas Majapahit dicapai pada era Prabu Hayam Wuruk, anak Tribhuwana Tunggadewi. Perhatikan usia Hayam Wuruk saat menjadi raja: 17 tahun alias ABG..!! Jadi bisa dibilang Gajah Mada merupakan raja sesungguhnya. Tidak hanya di militer, kebijakannya juga sampai pada penegakan hukum, keagamaan, dan ekonomi, layaknya seperti perdana menteri. Peranannya tidak tergantikan. Saat Gajah Madah mangkat di tahun 1290, Majapahit pun kolaps.

Adalah Kerajaan Sunda Galuh yang membawa malapetaka bagi Gajah Mada. Kerajaan kebanggaan orang Sunda ini mungkin tidak selevel dengan keagungan Majapahit. Tapi siapa sangka, Gajah Mada kehilangan jabatan prestisiusnya sebagai Mahapatih akibat kecerobohannya terhadap Sunda Galuh. Ringkas cerita Prabu Hayam Wuruk sedang terkiwir-kiwir dengan putri raja Sunda Galuh nan jelita, Citroresmi Dyah Pitaloka namanya. Setelah lamaran diterima, rombongan pengantin dari Sunda berkunjung ke Majapahit, sekitar wilayah Mojokerto. Eh tanpa dinyana, Gajah Mada melakukan manuver sendiri di lokasi bernama lapangan bubat. Gajah Mada meminta Sunda Galuh menjadi bagian Majapahit setelah pernikahan Hayam Wuruk-Dyah Pitaloka. Sunda Galuh menolak dan terjadilah perang bubat yang menewaskan semua orang Sunda Galuh, termasuk calon mempelai wanita. Hayam Wuruk pun murka. Gajah Mada dipecat dan terpaksa mengasingkan diri di Madakaripura, Probolinggo. Memang Gajah Mada sempat kembali memangku jabatan lagi, tapi tuahnya tidak lagi sama.

Sejujurnya banyak sisi gelap dari sosok Gajah Mada. Asal usulnya tidak berbekas: entah asli Jawa, Madura, Bali atau blasteran. Lahirnya entah dimana, makamnya entah kemana. Konon punya olah kanuragan luar biasa, termasuk kemampuan menghilang dan menguasai angin leysus. Kemampuan manajerialnya luar biasa. Sangat ambisius akan kekuasaan dengan pola pikir ekstrim: mendapatkan kesenangan tiada tara saat menguasai daerah lain di nusantara. Sampai-sampai sang Mahapatih menolak segala kesenangan duniawi sebelum cita-citanya terpenuhi. Dan benarlah adanya. Gajah Mada tidak beristeri dan, tentunya, tidak berketurunan. Baginya, perempuan dan keluarga dapat mengganggu cita-cita agungnya, menjadikan Majapahit penguasa tunggal nusantara. Malah teori yang lebih gelap menyebut Gajah Mada sebagai otak pembunuhan Jayanegara, raja kedua Majapahit. Wallahu a’lam.



Ket: Gajah Mada sedang berpose gagah di tempat wisata air terjun Madakaripura (from: nugraharendra.blogspot.com)


Fakta menarik:
  • Tidak ada nama jalan Gajah Mada atau Majapahit di kota Bandung, Cianjur atau Garut . Hmm ... sepertinya luka orang Sunda belum kering benar ya.
  • Wajah tembem Gajah Mada sebenarnya adalah bentuk celengan yang ditemukan di dekat Gunung Lawu.

Sumber pendukung: 
Novel “Gajah Mada: madakaripura hamukti moksa” (oleh Langit KH) 
Buku “Tafsir Sejarah Negarakertagama” (oleh Slamet Muljono)
kompasiana.com
kompas.com

Tidak ada komentar: