Selasa, 08 April 2014

Topik Hangat : Belajar dari Bill Gates



Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Mungkin itulah yang dirasakan sejumlah orang yang sedang menderita galau luar biasa, mulai hari ini sampai besok.  Jumlahnya tidak tanggung-tanggung: sekitar 200 ribu orang. Mereka adalah para calon legislatif. Kandidat penghuni gedung megah di Senayan untuk lima tahun ke depan. Apabila kursi dewan yang tersedia berjumlah 19.699, berarti sekitar 90% dari keseluruhan calon harus siap mengalami stress dan depresi. Sebuah jumlah yang fantastis.  

Stop sampai di situ. Saya tidak ingin berbicara mengenai pemilu sebenarnya. Lha wong saya jelas-jelas bakal tidak nyoblos koq. Ada cerita yang mungkin lebih inspiratif, menurut saya. Minggu ini seorang bule datang ke kampus UGM dengan gaya yang bersahaja. Terlampau sederhana jika menilik nama besarnya yang nyaris melegenda. Yup! Nama pria itu William Henry Gates III alias Bill Gates. Siapa tak kenal dengan pendiri Mirosoft yang juga dinobatkan sebagai orang terkaya sejagad tahun ini? Konglomerat ini memang dikenal memiliki kegemaran yang cukup unik: beramal di bidang kemanusiaan. Sejauh ini total lebih dari 26 milyar Dollar AS telah disumbangkannya ke berbagai program di seluruh dunia melalui Bill and Melinda Gates Foundation. Ranah kesehatan akhir-akhir ini menjadi perhatiannya. Tak heran kedatangannya ke UGM untuk mengetahui perkembangan penelitian mengenai demam berdarah di Indonesia. 

Yogya memang bukan tujuan utama. Setelahnya, Gates langsung terbang ke ibukota untuk agenda utama yaitu peresmian The Indonesia Health Fund. Program itu ditujukan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan di Indonesia. Bill Gates, kabarnya, menggelontorkan dana sebesar 450 milyar Rupiah untuk mengatasi penyakit malaria, TBC, AIDS, demam berdarah, dan keluarga berencana. Sejumlah pengusaha Indonesia ‘yang murah hati’ juga turut mendukung program tersebut. Catat nama-nama berikut ini! Hendro Gondokusumo (Presiden Direktur dan CEO Intiland), Adrian Bramantyo Musyanif (Chief Executive Officer Samali Hotels and Resorts), Luntungan Honoris (Presiden Komisioner of Modern Land), Ted Sioeng (Sioeng Group), Edward S. Soeryadjaya (The Principal of Ortus Holdings Limited), Henry J. Gunawan (Presiden Direktur Gala Bumi Perkasa), Benny Tjokrosaputro (Founder of PT Hanson International Tbk), dan Anne Patricia Sutanto (Presiden Direktur of PT Panca Prima Eka Brothers). 

Kadang-kadang saya, secara usil, berandai-andai: jika semua konglomerat Indonesia mengambil “rute” seperti Gates, alangkah terbantunya negara. Gates sudah mencurahkan dana sedemikian besar untuk program pemberantasan wabah penyakit-penyakit tropis. Alhamdulillah, dana besar itu mampir ke Indonesia. Bill Gates, yang agnostik itu, seperti mengajari kita. Kehidupan di dunia bukan hanya masalah uang dan kekuasaan semata. Dalam gelimang harta seseorang, tersimpan amanah untuk berbagi dengan sesama. Saya sangat berharap, sepak terjang Gates dapat menular pada para jutawan lokal yang jumlahnya tidak sedikit. Semoga konglomerat lokal tidak lagi hanya berakal dangkal. Mengejar kejayaan politik, istana, mobil mewah, ataupun istri simpanan nan mengkal .....


Ket: Bill Gates muda bergaya di tahun 1983 (from theguardian.co.uk)


Fakta menarik:
  • Meski berotak cerdas, Bill Gates tidak pernah menamatkan kuliahnya di Harvard University Jurusan Hukum
  • Gates muda pernah ditahan di kepolisian New Mexico pada tahun 1977 karena melanggar lampu merah dan tidak memiliki SIM


Sumber pendukung:
liputan6.com
slidefact.com
wikipedia.org
kompasiana.com

Tidak ada komentar: