Indonesia memang negara unik. Hak untuk memakai jilbab (atau hijab) oleh
wanita Islam ternyata menjadi polemik di negara mayoritas muslim! Aneh tapi nyata tapi itulah yang terjadi pada institusi
polisi tercinta (sebenarnya juga TNI). Kapolri sempat menghembuskan angin segar
kala memberikan pernyataan untuk memberi kesempatan polisi wanita untuk menutup
aurat (berjilbab) saat bertugas. Namun entah kenapa, tiba-tiba kabar sang
Jenderal tersebut selanjutnya menjadi kabur. Beberapa pihak menyatakan kontra
dengan wacana jilbab polwan. Ada yang secara ngawur menolak dengan alasan pemaksaan simbol agama tertentu di
institusi polri. Malahan wakapolri, Oegroseno, terang-terangan kurang sreg dengan wacana tersebut. Alasannya,
permasalahan jilbab belum dianggarkan sehingga perlu menunggu waktu yang tepat
(menunggu anggaran dan desain seragam). Rempong
!!! Kan tinggal tentukan model dan warna, lalu beri waktu para polwan ke
tanah abang. Beres.
Kabar cemerlang justru datang dari negara adikuasa yang sekuler, Amerika
Serikat. Adalah Kadra Mohamed, perempuan
21 tahun yang tercatat sebagai polwan berjilbab pertama di seantero Amerika Serikat.
Kadra dilantik menjadi polwan setelah lulus dari East African Junior Police
Academy di St Paul Sabtu lalu. Dalam pelantikan itu juga diperkenalkan seragam
jilbab untuk polwan di Minnesotta yang mengacu pada Kepolisian Edmonton,
Alberta-Kanada, yang juga telah mengizinkan polwan berjilbab. Kabar gembira ini
melengkapi kabar polisi berjilbab lainnya. Swedia, sejak 2011, telah
memberikan izin kepada polisi muslimah untuk menunaikan kewajibannya dalam berbusana.
Jangan tanyakan lagi Malaysia. Meskipun persentase muslim tidak sebesar
Indonesia, polisi muslimah di sana telah dijamin haknya untuk berjilbab. Fakta
ini merupakan pukulan bagi pihak yang kontra dengan pemakaian jilbab bagi
polwan. Omong kosong dengan alasan bahwa jilbab berpotensi mereduksi kegesitan
polisi kala bertugas. Lihat saja aksi polisi wanita Iran yang umumnya
menggunakan jilbab longgar yang menutup kepala sampai kaki (disebut chador). Mereka terbukti tidak terganggu dengan busana
yang dipakai, termasuk saat meringkus
penjahat.
Terkait jilbab seharusnya petinggi polisi lebih bijak. Kewajiban
menutup aurat sudah melekat pada manusia sejak melewati akil baligh, jauh sebelum kepolisian Indonesia dibentuk. Khusus
wanita ada aturan lebih spesifik: seluruh anggota tubuh adalah aurat kecuali
wajah dan telapak tangan. Jadi tidak alasan untuk menunda-nunda kebebasan para
polisi wanita muslim. Sungguh kasihan jika memposisikan mereka sebagai orang
tidak punya. Kaum fakir yang memerlukan uang rakyat untuk hanya sekedar menutup
aurat mereka.
Fakta menarik:
- Jusuf Kalla mengaku siap menjadi donatur jilbab polwan jika memang diperlukan. Sesuai motto: lebih cepat lebih baik .... !!
Ket: Donna Eljammal, polisi wanita Swedia (islamphobiatoday.com) |
Sumber pendukung:
twincities.com
detik.com
okezone.com
kompasiana.com
3 komentar:
"Kasihan, kasihan, kasihan," celetuk Upin.
Aulia.....keren tulisannya... eh...masih ingat waktu di okinawa? Arief
Iya Pak Arif kan termasuk mentor saya di bidang yahoo mesenger hehe ..
Posting Komentar