Selasa, 04 Maret 2014

Topik Hangat: Kasihan Polisi Wanita Indonesia


Indonesia memang negara unik. Hak untuk memakai jilbab (atau hijab) oleh wanita Islam ternyata menjadi polemik di negara mayoritas muslim!  Aneh tapi nyata tapi itulah yang terjadi pada institusi polisi tercinta (sebenarnya juga TNI). Kapolri sempat menghembuskan angin segar kala memberikan pernyataan untuk memberi kesempatan polisi wanita untuk menutup aurat (berjilbab) saat bertugas. Namun entah kenapa, tiba-tiba kabar sang Jenderal tersebut selanjutnya menjadi kabur. Beberapa pihak menyatakan kontra dengan wacana jilbab polwan. Ada yang secara ngawur menolak dengan alasan pemaksaan simbol agama tertentu di institusi polri. Malahan wakapolri, Oegroseno, terang-terangan kurang sreg dengan wacana tersebut. Alasannya, permasalahan jilbab belum dianggarkan sehingga perlu menunggu waktu yang tepat (menunggu anggaran dan desain seragam). Rempong !!! Kan tinggal tentukan model dan warna, lalu beri waktu para polwan ke tanah abang. Beres.

Kabar cemerlang justru datang dari negara adikuasa yang sekuler, Amerika Serikat.  Adalah Kadra Mohamed, perempuan 21 tahun yang tercatat sebagai polwan berjilbab pertama di seantero Amerika Serikat. Kadra dilantik menjadi polwan setelah lulus dari East African Junior Police Academy di St Paul Sabtu lalu. Dalam pelantikan itu juga diperkenalkan seragam jilbab untuk polwan di Minnesotta yang mengacu pada Kepolisian Edmonton, Alberta-Kanada, yang juga telah mengizinkan polwan berjilbab. Kabar gembira ini melengkapi kabar polisi berjilbab lainnya. Swedia, sejak 2011, telah memberikan izin kepada polisi muslimah untuk menunaikan kewajibannya dalam berbusana. Jangan tanyakan lagi Malaysia. Meskipun persentase muslim tidak sebesar Indonesia, polisi muslimah di sana telah dijamin haknya untuk berjilbab. Fakta ini merupakan pukulan bagi pihak yang kontra dengan pemakaian jilbab bagi polwan. Omong kosong dengan alasan bahwa jilbab berpotensi mereduksi kegesitan polisi kala bertugas. Lihat saja aksi polisi wanita Iran yang umumnya menggunakan jilbab longgar yang menutup kepala sampai kaki (disebut chador). Mereka terbukti tidak terganggu dengan busana yang dipakai, termasuk saat meringkus penjahat.

Terkait jilbab seharusnya petinggi polisi lebih bijak. Kewajiban menutup aurat sudah melekat pada manusia sejak melewati akil baligh, jauh sebelum kepolisian Indonesia dibentuk. Khusus wanita ada aturan lebih spesifik: seluruh anggota tubuh adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Jadi tidak alasan untuk menunda-nunda kebebasan para polisi wanita muslim. Sungguh kasihan jika memposisikan mereka sebagai orang tidak punya. Kaum fakir yang memerlukan uang rakyat untuk hanya sekedar menutup aurat mereka.  


Fakta menarik:

  • Jusuf Kalla mengaku siap menjadi donatur jilbab polwan jika memang diperlukan. Sesuai motto: lebih cepat lebih baik .... !!


Ket: Donna Eljammal, polisi wanita Swedia (islamphobiatoday.com)

Sumber pendukung:
twincities.com
detik.com
okezone.com
kompasiana.com

3 komentar:

Mas Edy Masrur mengatakan...

"Kasihan, kasihan, kasihan," celetuk Upin.

Administrator mengatakan...

Aulia.....keren tulisannya... eh...masih ingat waktu di okinawa? Arief

Unknown mengatakan...

Iya Pak Arif kan termasuk mentor saya di bidang yahoo mesenger hehe ..